Lucky Charm

Gibran Huzaifah Amsi El Farizy
4 min readApr 20, 2021

--

Karena udah agak malem, saya lagi males nulis yang berat-berat. Jadi mari sekarang nulis yang ringan dan cinta-cintaan.

Ada satu cerita yang jarang disampaikan ke publik, soal gimana eFishery ini bisa survive. Di masa-masa awal, startup yang jualan hardware IoT gentong ke pembudidaya ikan di daerah ini, naturally, tidak menarik buat investor. Sementara, dengan alasan yang sama, company kita butuh investasi di awal untuk stay afloat. Saya mungkin pitching ke hampir 100 angel investors dan VCs, dan hampir semuanya bilang nggak. Bahkan salah satu dari mereka bilang, “I’ll be honest with you, I think you just need to give up; no one in the right mind would invest in this”. Ouch. Untungnya kepala saya batu, jadi lanjut aja terus. Tapi, yang lebih beruntung lagi, saya punya lucky charm.

eFishery ini nggak akan ada yang minat invest kalau Aquaspark nggak berani buat invest duluan. Nah, kok bisa eFishery, startup pertama yang bergerak di bidang perikanan, ketemu dengan VC pertama yang hanya invest di perikanan? Ini menarik. Di akhir tahun 2014, saat eFishery masuk final GITR di Rotterdam, istri saya ikut. Saat itu kita masih pasangan yang miskin, jadi duitnya dikasih mertua. Di acaranya emang menang, tapi nyaris nggak dapet apa-apa kecuali ketenaran di tanah air.

Beres dari acara di Rotterdam, mumpung di Eropa, kita udah berencana ke beberapa negara Eropa sambil backpacking, mau mampir ke Belgia terus lanjut ke Paris buat pacaran di Menara Eiffel. Setelah jalan-jalan di Ghent (yang nginep di tempat future wife-nya Chrisna, co-founder), kita naek kereta lanjut ke Paris. Ternyata eh ternyata, di stasiun terakhir dari Belgia sebelum ke Perancis, kita nggak bisa lewat karena ada strike, jadi semua moda transportasi ke Perancis di-cancel hari itu. Nah, saat ini lah pas dapat wi-fi stasiun, saya menerima email dari analyst Aquaspark, kalau mereka tau eFishery dari hasil Googling, dan ngajak buat call. Aquaspark ini based di Utrecht. Setelah terima email itu di kondisi yang kita stuck, saya kepikiran ide untuk muter balik ke Belanda, buat ketemu analyst Aquaspark ini in-person.

Lagi jalan-jalan berdua ke Eropa, berencana ke kota paling romantis sedunia, sejengkal lagi pindah ke Perancis, terus tiba-tiba diminta balik ke Belanda buat meeting sama investor yang baru ngirim email dan nawarin buat call online, sebenarnya bukan tawaran yang menarik. Tapi untungnya istri saya langsung mengiyakan. Baliklah kita, nginep lagi di Ghent di tempat yang sama, baru ke Utrecht, ketemu dengan Aquaspark. Analyst-nya sangat impressed dan chemistry-nya akhirnya terbangun cepat karena kita ketemu langsung. Komunikasi setelahnya via email juga jauh lebih responsif. Di bagian ini ada istri dan calon istri founders eFishery terlibat di cerita.

Me, Wife, and Co-founder’s Future Wife

Tiga bulan setelah itu, saya dan istri bulan madu, yang tertunda satu setengah tahun karena setelah menikah harus cancel untuk urusan eFishery. Kita pergi ke Phuket, Thailand. Saat di sana, di tengah-tengah momen berduaan, saya tiba-tiba dapat email dari dua co-founder dan Managing Partner Aquaspark. Mereka katanya “in the region for the next few days”, dan mengajak saya ketemu langsung. Tebak, mereka dimana? Yak, Bangkok. Mereka email itu out of the blue karena berpikir Thailand dan Indonesia ini cuma one flight away. Siapa sangka ternyata saya pas lagi di negara yang sama. Lagi-lagi, dengan rayuan senyuman manis, saya kasih lihat email ini ke istri dan ajak untuk ke Bangkok. Di tengah bulan madu, yang sudah tertunda satu setengah tahun karena urusan kerjaan, terus tiba-tiba pindah kota juga untuk meeting urusan kerjaan, bukan juga pilihan yang mudah. Tapi untungnya dia juga mengiyakan.

Berlanjutlah kita ke Bangkok, dimana saya meeting sambil mengajak istri. Yang menarik, founders dari Aquaspark ini ternyata juga pasangan suami-istri. Karena tahu bahwa kita di tengah bulan madu dan bela-belain untuk meeting, mereka sangat mengapresiasi. Akhirnya chemistry-nya juga langsung terbangun. Di meeting ini lah akhirnya keputusan Aquaspark untuk investasi di eFishery terjadi. Karena Aquaspark masuk, Ideosource juga berminat karena ada lead investor-nya. Di meeting dengan Ideosource saya juga ajak istri. Kita close $750,000 untuk seed round saat itu. Apakah karena bisnisnya? Bisa jadi. Tapi saya merasa karena ada lucky charm yang terlibat di setiap prosesnya tadi.

Yang menariknya, lucky charm ini ternyata terwariskan di ronde investasi setelahnya, tapi dalam bentuk yang lain. Seed round akhirnya fully close, satu bulan setelah anak saya lahir. 3 tahun setelahnya, kita close series A round, 1 bulan setelah anak pertama Chrisna lahir. Series B round kita 1,5 tahun kemudian close setelah anak kedua Chrisna lahir (terima kasih sudah kurang gesit jadi closing-nya bisa lebih cepet, Chris!). Lucky charms-nya turun di bentuk yang lain.

Yang begini ini bisa jadi cuma cocokologi. Tapi untuk bagian pertama di seed round tadi, saya rasa tetap ada hikmahnya. Bayangkan kalau saya punya istri yang menolak untuk kembali ke Belanda karena meetingnya bisa online, atau tidak mau bulan madunya diganggu kerjaan hanya untuk meeting mendadak dengan investor, which sounds reasonable to do so; bisa jadi eFishery tidak close funding dan akhirnya harus tutup. Karena pasangan yang memahami misi besar yang ingin dikejar, jadinya akan mudah untuk memberi dukungan.

Beberapa tahun setelahnya, akhirnya kita berhasil juga ke Eiffel. Dan waktu-waktu setelah itu, banyak sekali kesempatan jalan-jalan yang kurang lebih serasa bulan madu. Jadi, keputusan istri tercinta untuk mengorbankan hal itu di awal, ternyata masih bisa muncul kesempatan kedua. Sementara, kalau dia saat itu memilih pilihan yang lain, bisa jadi saya kehilangan kesempatan satu-satunya. I think I consider myself very lucky; to have someone that can make the right big decision for your grand mission. That’s the true lucky charm.

--

--

No responses yet